Rumah Jatinangor 150
- Tantangan Desain
Tantangan pertama desain adalah kondisi lahan yang berkontur dengan kemiringan mencapai hingga 40%. Kemiringan demikian cukup curam, meninggi ke arah belakang kavling bangunan. Pada awalnya klien menginginkan bangunan 1 lantai dengan konsep panggung, di mana area bawah panggung dapat digunakan untuk parkir 2 buah mobil. Namun tim mengajukan konsep desain yang berbeda, karena setelah disimulasi dengan kondisi kemiringan kontur tersebut, desain menjadi kurang efisien. Sementara parkir masih dapat diakomodir pada bagian depan bangunan.
Kedua, posisi lahan terletak sekitar hutan perhutani, Jatinangor, Bandung. Sehingga potensi lingkungan dapat dimanfaatkan pada bangunan.
Kondisi lainnya adalah klien menginginkan konsep villa dengan banyak bukaan kaca. Dan posisi bangunan yang menghadap utara-selatan.
Terlepas dari tantangan dan kondisi yang ada, tim mencoba menerapkan konsep desain rumah yang berkelanjutan (sustainable design). Yaitu dengan fokus desain mencoba mengharmonisasikan respon atas kondisi eksisting dan lingkungan, serta kebutuhan pengguna.
- Penerapan dalam Desain
Merespon kondisi kontur dan kebutuhan ruang, pada lantai 1 diletakan ruang yang bersifat publik/ semi publik yaitu foyer, ruang tamu, serta toilet/km tamu. Pada lantai 2 diletakan area servis dapur, dan km/toilet, serta ruang komunal seperti ruang makan dan teras balkon lebar, dan juga 1 kamar tidur. Sedang lantai 3 khusus untuk penempatan ruang tidur. Pengaturan demikian membuat privasi pengguna bangunan terjaga sebab area ruang tamu terpisah lantai dengan ruang-ruang lain.
Dilihat dari pengaturan ruang secara arsitektural, bangunan memang berlantai 3. Namun secara struktur, karena kondisi lahan yang meninggi curam ke belakang, bangunan sendiri sebenarnya merupakan bangunan 2 lantai, yang saling split antara lantai 1 dan lantai 2, dan lantai 2 dengan lantai 3.
Desain mencoba mengoptimalkan penggunaan pencahayaan alami dan penghawaan alami. Sehingga setiap ruang dalam bangunan diatur agar terhubung dengan ruang luar/alam. Sehingga setiap ruang senantiasa terang dan udara alami leluasa masuk ke seluruh ruang yang berdampak positif pada kualitas bangunan, serta kenyamanan pengguna. Aspek tersebut dengan sendirinya mendukung konsep desain bangunan berkelanjutan yang diusung.
Permintaan klien akan bukaan kaca yang banyak bertujuan agar pengguna bangunan dapat menikmati view hutan. Sehingga bukaan diberi dari lantai satu hingga antai3. Pada area privat di lantai 3 pun diberikan vista, sehingga pengguna bisa menikmati pemandangan bahkan dari kamar. Posisi bangunan/lahan yang menghadap utara-selatan di satu sisi merupakan keuntungan. Sebab cahaya terik matahari terutama matahari sore tidak terlalu berdampak negative pada bukaan kaca bangunan yang dibuat pada arah utara-selatan.
***
Bentuk dan tata ruang bangunan yang banyak dipengaruhi oleh respon desain atas kondisi lahan kontur curam tidak serta merta membatasi kreativitas desain. Tantangan dan kondisi yang ada justru dapat dimanfaatkan. Dengan desain yang dapat mengakomodir keinginan klien secara efisien, memenuhi kebutuhan dan kenyamanan pengguna bangunan, sekaligus tetap menjamin kualitas ruang-ruang bangunan.